Facebook

Senin, 04 September 2017

Lampung Berempati pada Muslim Rohingya

Pengungsi Rohingya membawa seorang wanita tua dari Negara Bagian Rakhine, Myanmar, di sepanjang jalan dekat Teknaf di Bangladesh, Minggu (3/9/2017). AFP/R ASAD


BANDAR LAMPUNG (Lampost.co) – Sejumlah elemen masyarakat Lampung berempati terhadap muslim Rohingya yang tengah ditindas militer Myanmar. Mereka mendorong pemerintah melakukan langkah konkret menghentikan tragedi kemanusiaan di negara itu.

Ketua PWNU Lampung Soleh Bajuri mengatakan pihaknya senantiasa mendoakan muslim Rohingya. Berbagai doa seperti qunut nanzilah dan salat istigasah terus didengungkan untuk keselamatan umat muslim, khususnya etnis Rohingya. "Perbuatan terhadap muslim Rohingya sungguh biadab. Kami warga NU sudah sepakat setiap hari usai salat memberikan doa kepada mereka," katanya, Minggu (3/9/2017).

Menurut Soleh, PWNU juga sudah melakukan gerakan penggalangan dana di seluruh kabupaten/kota. Dana yang terkumpul akan disumbangkan ke pengungsi Rohingya yang membutuhkan serta terus berkoordinasi dengan pusat dan  mendorong pemerintah menekan Myanmar menghentikan kekerasan itu.

Ketua ICMI Lampung Yusuf Barusman mengutuk keras tragedi di Myanmar tersebut. “Dengan alasan apa pun, tindakan kekerasan ini tidak bisa diterima, apalagi tindakan menjurus pada pembersihan etnis tertentu,” kata Yusuf, kemarin. Dia juga meminta Pemerintah Myanmar pimpinan Aung San Suu Kyi bertanggung jawab atas tragedi kemanusiaan yang sangat biadab.

Harus ada tim pencari fakta, lanjut Yusuf, yang dibentuk PBB untuk masuk dan melihat fakta. ICMI Lampung sedang menyusun petisi yang akan disampaikan kepada Pemerintah Indonesia. “Kami mendesak pemerintah proaktif membantu muslim Rohingya.”

Ketua Parisadha Buddha Dharma Lampung Karnowo juga mengecam aksi pembantaian muslim Rohingya. Menurutnya, ajaran Buddha adalah setiap manusia itu sama di hadapan Tuhan. Dia mengaku sedih melihat nasib muslim Rohingya dan tidak dapat membayangkan apabila terjadi kejadian seperti itu di Indonesia. “Semua umat manusia itu sama haknya. Hanya berbeda nasib dan karmanya. Kami juga sedih melihatnya, gimana kalau nasib kita seperti mereka,” kata dia.

Karnowo menginginkan perdamaian terjadi di bumi Myanmar seperti perdamaian dan keberagaman agama yang harmonis di Indonesia.

Putuskan Diplomatik

Sementara itu, Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai, mendesak Presiden Jokowi untuk segera mengambil sikap tegas terhadap Myanmar. Pasalnya, sikap Presiden belum tegas dalam menyikapi tragedi yang menimpa muslim Rohingya ini. "Sangat naif jika Indonesia diam seribu bahasa. Jokowi berpangku tangan, bahkan terkesan membiarkan tanpa intervensi kemanusiaan. Seharusnya, kita tingkatkan tekanan diplomatik untuk menghentikan kejahatan kemanusiaan terhadap umat muslim oleh Pemerintah Myanmar," katanya, Minggu (3/9/2017).

Pigai mengatakan seharusnya Presiden Jokowi meniru langkah Presiden Indonesia pertama, Soekarno. Pada masa itu, kata dia, Soekarno pernah memutuskan hubungan persahabatan dengan Perdana Menteri India saat itu, Jawaharlal Nehru, karena dinilai memerangi umat muslim Pakistan.
"Soekarno mengirimkan kapal perang Angkatan Laut membantu Pakistan karena solidaritas Islam. Bahkan, Soekarno memusuhi Nehru yang merupakan sahabat karibnya. Kalau Soekarno saja bisa meninggalkan persahabatan dengan Nehru, mengapa Jokowi begitu takut terhadap Myanmar? Mengapa tidak bisa mengambil sikap tegas dengan memutuskan hubungan diplomatik?" ujar Pigai.

Sumber : https://goo.gl/KT9xSe

0 komentar:

Posting Komentar